BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat masih banyak yang kebingungan
ketika bencana terjadi. Hal itu terjadi karena lemahnya kesiapsiagaan diri
menghadapi bencana. Tanpa pengetahuan akan mitigasi bencana, kepanikan yang
sering terjadi hanya akan menambah korban dan membuat proses mitigasi menjadi
lambat. Panaroma alam dan
perairan Indonesia terkenal hingga ke penjuru dunia. Kekayaan yang dimiliki
negeri ini juga berlimpah ruah. Banyak investor asing yang tertarik
mengekplorasi kekayaan alam Indonesia. Namun, di balik itu semua, dalam
sentuhan geologis Indonesia merupakan negeri di atas bencana.
Sebagai negara yang termasuk dalam lingkungan
cincin api (ring of fire), Indonesia memiliki potensi bencana alam cukup
tinggi. Bagaimana tidak? Negeri ini berada di antara wilayah lintasan dua jalur
pegunungan, yaitu pegunungan sirkum Pasifik dan sirkum Mediterania yang
terdapat banyak gunung berapi.
Ring of fire
merupakan rangkaian lempeng atau patahan besar yang menjadi ancaman potensial
gempa. Posisinya mengepung perairan Indonesia mulai dari Laut Andaman menjalar
dari atas pesisir Sumatera hingga timur. Lempeng ‘Semangka’ di sepanjang daratan
pantai barat Sumatera berakhir di Selat Sunda. Kemudian, bersambung dengan
rangkaian puluhan gunung berapi aktif di Jawa-Bali-Lombok-Sumbawa-Flores hingga
Pulau Alor
Berada di wilayah
dengan potensi bencana sangat dahsyat membuat pendidikan mengenai bencana
menjadi sangat penting. Pasalnya, kesadaran dan pemahaman hubungan antara
bencana dan kebutuhan masyarakat adalah hal yang sangat penting dalam
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi risiko bencana.
Dalam menghadapi bencana, masyarakat harus
bisa mengantisipasi, meminimalisasi, dan menyerap potensi stres atau kekuatan
destruktif melalui adaptasi atau resistensi. Selain itu, juga harus bisa
mengelola atau menjaga fungsi dan struktur dasar tertentu, selama peristiwa
bencana, serta mampu memulihkan pasca-bencana.
"Pendidikan
mengenai bencana sangat penting untuk diajarkan di sekolah sejak dini. Jika
kesiapsiagaan dilatih sejak dini, maka ketika
terjadi bencana,
masyarakat tidak akan gagap
Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Musliar Kasim mengatakan, pendidikan
mengenai mitigasi bencana sudah ada dalam kurikulum 2013. Dia menjelaskan
pendidikan mengenai subtansinya ada di setiap pelajaran, misalnya, pendidikan
mengenai lingkungan.
"Pendidikan
bencana sudah ada di kurikulum 2013. Ada di setiap pelajaran. Pendidikan
mitigasi bencana juga ada di program sekolah aman," ujar Wamendikbud di
Jakarta belum lama ini. Lantas apa pentingnya sekolah aman untuk menghadapi
bencana?
Anak-anak
merupakan komunitas yang sangat rentan terhadap bencana. Dan sebagian besar
dari kehidupan anak-anak tersebut berlangsung di sekolah. Misalnya, saat berada
dalam kelas, terjadi gempa bumi. Tanpa pengetahuan akan mitigasi bencana,
anak-anak serta para guru pasti panik, tidak tahu apa yang akan dilakukan.
Bagaimana menyelamatkan diri, menyelamatkan anak dan lainnya. Kepanikan yang
seperti ini biasanya malah menambah korban, membuat proses mitigasi menjadi
lambat.
Dengan mengikuti
pedoman sekolah aman bencana, seharusnya sekolah melakukan simulasi mitigasi
bencana secara rutin. Para murid dan guru, diajarkan bagaimana bertindak ketika
terjadi bencana gempa. Bagaimana proses evakuasi dilakukan. Pengetahuan
mitigasi itu harus diasah terus menerus, sebagai salah satu upaya mengurangi
risiko yang terjadi akibat bencana.
Seperti
diketahui, program Sekolah Aman dicetus pada 2012, program percontohan Sekolah
Aman dilakukan di lima provinsi, yaitu Sumatera Barat (Padang dan Padang
Pariaman), Jawa Barat (Kota Bandung dan Kabupaten Bandung), Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur (Sikka), serta Jawa Tengah (Rembang dan Grobogan).
Sebelumnya juga,
ditandatangani Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari
Bencana. Pedoman tersebut diluncurkan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) pada 2012.
Pedoman Penerapan
Sekolah Aman dari Bencana ini disusun oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta beberapa
lembaga seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Agama, Bank Dunia,
UNDP, ITB, Yayasan KerLiP dan lainnya.
BAB II
ISI
Indonesia merupakan kepulauan
dengan potensi bencana alam sangat tinggi khususnya untuk bencana alam gempa
bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami, karena terletak pada pertemuan tiga
lempeng/kerak bumi aktif. Ketiga lempeng aktif tersebut adalah lempeng
Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Eurasia di bagian utara dan lempeng
Pasifik di bagian Timur. Lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan
sehingga lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Penunjaman
lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara dengan lempeng Eurasia yang
bergerak ke selatan menimbulkan jalur gempa bumi dan rangkaian gunungapi aktif.
Hal tersebut diperjelas lagi oleh Mister and Jordan (1978) menjelaskan bahwa
Asia Tenggara bergerak 1 cm/tahun ke arah tenggara, sedang
lempeng Samudera Hindia-Australia bergerak 7 cm/tahun ke arah utara, dan
lempeng Pasifik barat bergerak 9 cm/tahun ke arah barat. Banyak data
tentang gerakan lempeng yang telah diperoleh sejak munculnya Global
Positioning System (GPS) (Verstappen, 2000: 17).
Sehingga sangat wajar
apabila dari hasil inventarisasi Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) DIY, ada
sekitar 3.000 sekolah di DIY yang berada di kawasan rawan bencana (Sumber:
Kedaulatan Rakyat, 1 Februari 2014).
Berdasarkan sumber di atas dapat ditarik benang merah, bahwa
kita tidak mungkin mengelak dari bencana. Yang bisa kita lakukan adalah
bagaimana kita belajar hidup berdampingan dengan wilayah rawan bencana. Dengan
keluarnya UU no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, telah terjadi
berbagai perubahan yang cukup signifikan terhadap upaya penanggulangan bencana
di Indonesia, baik dari tingkat nasional hingga daerah. Jika upaya
penanggulangan bencana di Indonesia bersifat tanggap darurat saja (emergency
response). Melalui UU no. 24 tahun 2007 ini mencakup semua fase bencana,
diawali dengan fase mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat hingga pemulihan
pasca bencana. Perubahan paradigma dari tanggap darurat menjadi siaga bencana,
bahwa bencana tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus diterima begitu
saja. Tetapi, juga bisa diantisipasi kejadian bencana, korban dan diminimalisir
dampaknya.
Perlu kiranya pemerintah
memperbanyak sosialisasi tentang pengurangan risiko bencana/mitigasi bencana
melalui jalur pendidikan. Sekolah sebagai institusi pendidikan seharusnya tidak
hanya memberikan transfer of knowledge saja, namun
juga harus mampu memberikan kecakapan dan keterampilan untuk kelangsungan hidup
bagi siswa ketika sudah terjun di masyarakat. Mitigasi bencana merupakan bagian
dari keterampilan untuk kelangsungan hidup siswa. Siswa merupakan orang yang
paling cepat menstransfer ilmu yang didapat dari sekolah untuk keluarga dan
masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan anak usia sejak dini untuk
memahami mitigasi bencana merupakan langkah awal dalam membangun masyarakat
sadar bencana. Sehingga ketika terjadi bencana siswa, guru, dan masyarakat
tidak lagi kebingungan, panik, karena telah memahami bagaimana cara mengurangi
risiko bencana.
Tentunya
dalam hal ini sangat diperlukan media yang tepat untuk menanamkan mitigasi
bencana yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Penanaman
mitigasi bencana sejak dini di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan
bantuan cerita bergambar, latihan simulasi ringan, maupun menyisipkan materi
mitigasi bencana ke dalam materi pelajaran yang sesuai. Pemberdayaan anak sejak
dini untuk memahami mitigasi bencana merupakan langkah awal dalam membangun
masyarakat sadar bencana. Dengan harapan pengetahuan yang didapat dari sekolah
dapat ditularkan pada lingkungan sekitar dalam rangka mengurangi risiko
bencana.
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pemaparan dan penjelasan
diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pendidikan tanggap bencana sangatlah penting
sejak dini
upaya
mitigasi bencana seperti yang ada di daerah Selat Sunda seharusnya melibatkan
tiga pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, ilmuan, dan swasta. Tujuannya
agar mereka dapat berpartisipasi dalam menghadapi bencana.
“Seperti kejadian kemarin di Pandeglang di Selat Sunda. Itu, kan, banyak perusahaan pariwisata. Kalau mereka punya pengetahuan dan kewaspadaan, mungkin mereka akan melakukan upaya bagaimana saat terkena tsunami tidak rubuh. Akhirnya memakan korban jiwa,” kata dia.
“Seperti kejadian kemarin di Pandeglang di Selat Sunda. Itu, kan, banyak perusahaan pariwisata. Kalau mereka punya pengetahuan dan kewaspadaan, mungkin mereka akan melakukan upaya bagaimana saat terkena tsunami tidak rubuh. Akhirnya memakan korban jiwa,” kata dia.
2.
Selain pendidikan, hal penting yang mesti disiapkan
pemerintah adalah teknologi deteksi dini bencana.
Teknologi kebencanaan ini
sangat penting untuk memberikan kewaspadaan bagi masyarakat. Sebab, tanpa
teknologi yang dapat mendeteksi potensi bencana terjadi, maka pendidikan
bencana akan terhambat.
“Karena tanpa teknologi sistem peringatan ini terasa tidak lengkap, masyarakat harus waspada. Teknologi itu, akan memberikan kewaspadaan bagi masyarakat, dan masyarakat sendiri juga harus mendapatkan pengetahuan,” .
“Karena tanpa teknologi sistem peringatan ini terasa tidak lengkap, masyarakat harus waspada. Teknologi itu, akan memberikan kewaspadaan bagi masyarakat, dan masyarakat sendiri juga harus mendapatkan pengetahuan,” .
BAB IV
REFERENSI
Journal Article
Yuansyah Satya, Neraca
Bencana. 2014
PGSD Article
Riyan Setiawan, Tanggap
Bencana. 2014
Koran Sindo
Jejen Musfah, Pendidikan Tanggap
Bencana. 2018
Tirto.id-Sosial Budaya
Abdul Aziz, Tsunami Selat
Sunda. 2018
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
BalasHapusPromo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^