Bapak/Ibu Mahasiswa Semester 6 Konversi
Metode pembelajaran pada sesi ini menggunakan metode e-learning. Mahasiswa wajib berpartisipasi dalam kolom komentar dengan format :
Nama mahasiswa_NPM_Hadir_Tuliskan jawaban bapak/ibu berdasarkan pertanyaan yang ada dibawah ini.
Batas waktu penilaian komentar : Hari Minggu, 28 Mei 2017 Pukul 20.00
Diharapkan Bapak/Ibu tidak melakukan COPY PASTE jawaban, gunakan kalimat sendiri.
MODEL KEMITRAAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses pembangunan yang menitikberatkan untuk meningkatkan inisiatif masyarakat dalam merubah atau memperbaiki kondisi dan permasalahan sendiri. Kegiatan pemberdayaan masyarakat juga sejalan dengan konsep Sustainable Development Goals 2030 yang dicanangkan oleh lebih dari 180 negara di dunia, termasuk Indonesia. Pendekatan model pemberdayaan masyarakat biasanya merujuk pada konsep ekologi, sosial dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Berikut ini beberapa program pemberdayaan masyarakat :
1. Desa Wisata Sukunan, Yogyakarta
Desa ini telah menjadi desa ecotourism sejak tahun 2003. Tingginya kesadaran masyarakat Kampung Sukunan akan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan serta usaha mereka untuk mengubah nilai sampah yang menganggu lingkungan akhirnya tidak sia-sia. Pasalnya pada 19 Januari 2009 Desa Sukunan resmi menjadi kampung wisata Lingkungan.
Dusun Sukunan ini, pernah mendapat berbagai prestasi, di antaranya juara pertama lomba program daur ulang sampah yang diadakan Kementerian Lingkungan Hidup pada 2004 dan penghargaan ‘The Best Practice Pengelolaan Sampah’ tingkat nasional pada 2006.
Sebagai sebuah kampung wisata lingkungan (ecotourism), Kampung Sukunan menawarkan berbagai paket wisata berupa pelatihan berbasis lingkungan yang sarat dengan nuansa edukasi dan rekreasi, antara lain:
- Jalan-jalan keliling kampung, melihat potensi desa wisata Sukunan, berbagi pengalaman, ngobrol bareng, berbagi cerita dengan warga dan pengurus pengelola sampah
- Pada saat berkeliling kampung, akan dikenalkan dengan sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang ada di Sukunan, lengkap dengan penjelasan teknologi apa saja yang digunakan
- Mendapat wawasan seputar pengelolaan air hujan dengan sumber peresapan dengan biopori
- Mengintip instalasi serta aplikasi langsung biogas di kandang ternak desa wisata Sukunan
- Menikmati pesona eksotisme areal pertanian organik yang digarap dengan sistem pertanian tradisional
- Mampir ke beberapa rumah warga yang menjadi sentra kuliner desa wisata Sukunan, seperti peyek bayem, belut, jadah tempe, dan emping mlinjo
- Berkenalan dengan potensi kerajinan daur ulang dan pengelolaan sampah Sukunan secara umum
- Atraksi khas pedesaan seperti angon bebek, membajak sawah, menanam benih, hingga memanen padi.
Sumber : https://gpswisataindonesia.wordpress.com/2014/09/22/kampung-wisata-sukunan-banyuraden-gamping-sleman-yogyakarta/
2. Kampung Hijau Gambiran Yogyakarta
Selintas Komunitas Kampung Hijau Gambiran seperti kampung-kampung lain, komunitas Kampung Gambiran RW 08 yang warganya lebih 85% pendatang tidak begitu saja tumbuh kesadaran dan kebersamaannya. Kesadaran lingkungan yang masih parsial dan bertubinya bencana terutama luapan banjir yang terjadi Tahun 2005, 13 Desember 2006 yang terbesar [terakhir 27 Desember 2007 setelah gempa bumi] yang mengakibatkan hancurnya saluran pelimpah, taman dan segala tanaman terutama yang ada di RT 31 seluas +500M2 musnah dan Galery Abiyasa runtuh, sedangkan wilayah jogja selatan hujan yang tidak berarti, masyarakat RW 08 tersentak dan sadar bahwa musibah terjadi karena masyarakat luas tidak arif dan kurang peduli terhadap lingkungan yang mengakibatkan ”mendapatkan” dampaknya, Tidak hanyaitu, lingkungan yang tidak sehat menjadikan warga terkena demam berdarah bergantian.
Sungai Gajah wong tidak terkesan membawa bencana, akan tetapi alam akan marah jika diusik
Warga kemudian berdialog dengan melibatkan semua lapisan masyarakat, mencari penyebab dan solusinya kemudian “bersepakat untuk berbuat sesuatu untuk lingkungannya” Bagaimana permukiman lingkungan menjadi nyaman dan berkualitas bagi kehidupan warganya. Setelah melalui proses panjang kemudian masyarakat berkomitmen untuk mengelola /melestarikan lingkungan hidup sesuai kondisinya dengan mengutamakan kegiatan mengelola Sungai Gajahwong, Pengelolaan Sampah Mandiri, Energi Alternatif, Sanitasi ipal, Tamanisasi dan Penghijauan, Kembali ke Pangan Lokal sesuai Ekologi Lingkungan, kebutuhan sarana & ruang Publik dan Perpustakaan Jendela Dunia.
Sumber : http://www.kampunghijaugambiran.com/p/tentang-kami_3.html
3. Desa Sitiung, Sumatera Barat
Desa pertama yang ada di Indonesia yang bebas asap rokok dan melarang warganya untuk merokok adalah Nagari (Desa) Sitiung, Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat. Dimana di desa ini telah dilakukan penerapan larangan merokok bagi warganya, bahkan warga yang tertangkap merokok disembarang tempat diberikan sanksi tegas dari desa. Saat ini, penerapan Peraturan Nagari (Desa) telah dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari (Desa) dan masyarakat Sitiung dan ini perlu diajukan jempol serta bisa dijadikan contoh bagi desa lain yang ada di Indonesia, dimana pemerintah desa bersama-sama masyarakat memerangi rokok dan bertekad menjadi desa bebas asap rokok.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/muhammadsamin/desa-bebas-asap-rokok-pertama-di-indonesia_5517871381331101699de1c6
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/muhammadsamin/desa-bebas-asap-rokok-pertama-di-indonesia_5517871381331101699de1c6
DISKUSI:
- Apa pendapat Bapak/Ibu terkait 3 model pemberdayaan masyarakat diatas?
- Pembelajaran apa yang dapat diambil dari ketiga desa tersebut?
- Bagaimana kemudian program di desa tersebut dapat menjadi program yang berkelanjutan?
- Apakah di Provinsi Lampung, sudah ada kampung/ desa yang menerapkan prinsip pemberdayaan masyarakat? Jika sudah, jelaskan dimana.
- Identifikasi kendala yang mungkin muncul dalam menerapkan model pemberdayaan masyarakat.
Secara pribadi, saya mengucapkan mohon maaf lahir dan batin. Selamat menjalani ibadah puasa.