Total Tayangan Halaman

Sabtu, 15 Februari 2020

Tentang Plastik Hitam di Pusat Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota dari Provinsi Lampung yang merupakan pusat perekonomian Provinsi Lampung. Tidak heran kota ini juga dipenuhi tidak hanya penduduk pribumi melainkan juga penduduk pendatang. Kota ini berada tepat di seberang kota besar Jakarta Indonesia.  Kota Bandar Lampung menawarkan beragam daya tarik untuk masyarakat pendatang untuk terus kembali dan menetap sehingga bekerja disini. 

Kecamatan Tanjung Karang Pusat yang berada tepat ditengah Kota Bandar Lampung memiliki jumlah penduduk pendatang yang banyak yang berasal dari Kota Serang, Jawa, Bandung dan sebagainya. Terdapat 1 wilayah di kecamatan ini yang memiliki lokasi geografis diatas bukit. Penduduk pendatang sebagian besar tidak memiliki tanah dan menetap bertahun-tahun lamanya di rumah sewa non permanen. Wilayah perbukitan mengakibatkan rumah-rumah yang berada di puncak kesulitan mengakses air bersih. Oleh sebab itu, setiap pagi dan sore sebagian  masyarakat mengambil air yang didistribusikan oleh pemerintah dibawah bukit. Bagi masyarakat yang beruntung, mereka tidak perlu kelelahan untuk memperoleh distribusi air bersih, cukup dengan mengidupkan selang air yang hanya hidup di jam-jam tertentu untuk masuk dikamar mandi mereka. Itupun tidak gratis, ada bayaran-bayaran tertentu yang perlu mereka keluarkan untuk air tersebut. 


Air bersih bagi mereka tidak hanya diperuntukkan sebagai sumber untuk kebersihan sanitasi, melainkan juga untuk sumber air minum. Rekan-rekan mungkin sering menonton iklan mengenai minimal air untuk minum yang dibutuhkan per orang per hari adalah 2 liter dan kebutuhan air untuk sanitasi sekitar 60 liter. Maka untuk 1 orang saja mereka butuh 62 liter, dalam 1 rumah dengan keluarga berencana (ayah, ibu dan 2 orang anak) total keseluruhan air yang dibutuhkan adalah 248 liter. 1 dirigen yang mereka pikul berkisar 25 liter, dengan 2 tangan mereka maka mereka hanya mampu mengangkut air sebanyak 50 liter. Untuk memperoleh kehidupan yang layak dan bersih pun mereka dibatasi dengan hanya diperbolehkan mengambil air per keluarga 4 dirigen. Dari situ saja, kebutuhan air mereka tidak tercukupi.. 

Pada akhirnya ada kebutuhan air  yang terpaksa mereka korbankan, yaitu mengugurkan kebutuhan untuk sanitasi terutama buang air besar. Masalah air belumlah selesai, mereka juga harus memikul bahwa mereka kesulitan memiliki jamban. Jamban umum pun tak kan kalian lihat disini. Lalu bagaimana mereka buang air besar?

Ada sebagian kecil masyarakat di daerah sini terpaksa buang air plastik menggunakan plastik hitam. Plastik itu kemudian mereka lempar ke atas bukit kembali. Bila hujan turun plastik-plastik itu tentu akan berjatuhan dan menepi di pinggiran kota. Plastik hitam itu yang mungkin kalian lihat ketika berjalan di mall.. Plastik hitam itu yang mungkin berterbangan saat kendaraan roda dua kalian lewat. Plastik hitam itu, iya plastik hitam yang biasa kalian gunakan untuk mengangkut 1 atau 2 biji makanan kalian, tapi bagi mereka arti plastik hitam itu lain.. Kita mengenal ini dengan plastik hitam terbang. 


*sekian dulu cerita lain dari Pusat Kota Bandar Lampung, maaf bila ada kalimat dan kata-kata yang membingungkan. Sedang belajar menulis santai..


*Hasil riset tahun 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar